Tuesday, March 22, 2011

100 cargoes

achievement Pak michel

Friday, January 7, 2011

SATRIA JAWA PARIPURNA

Orang-orang tua bilang ada ada lima unsur simbolik yang menandakan seorang lelaki bisa menjadi satria Jawa yang paripurna. Masing-masing punya kekhasan tersendiri, dan lelaki Jawa akan dianggap komplit jika mempunyai kesemuanya. Kelima syarat itu antara

lain: Wisma, Wanita, Turangga, Kukila, dan Curiga.

Kelima syarat ini, selain memiliki arti harafiah juga memiliki makna simbolik yang dalam. Saya memang masih rendah ilmunya, sehingga hanya mampu menguraikan sedikit di antaranya. Tapi toh tak ada salahnya untuk sedikit menikmati uraian singkat berikut ini.

Wisma, berarti rumah atau tempat tinggal. Konon katanya ini tempat satria bertolak dan kembali. Tak peduli di Yogya atau Semarang, yang namanya rumah ini bisa berdiri kokoh di mana saja, di bumi manusia. Rumah ini tentu kepemilikan pribadi, tempat sang lelaki menitipkan kepercayaan dan perlindungan dirinya. Bisakah lelaki pengembara dikatakan mempunyai rumah? Ya, tentu, jika ia mempunyai rumah di mana ia bertolak dan ke mana ia akan kembali. Sekali lagi tak masalah di mana, tapi rumah harus terawat, karena rumah itu mencerminkan kepribadian pemiliknya. Dan ah, apakah rumah antik bersejarah yang usianya tua lebih bagus?

Wanita, sudah jelas apa artinya harafiahnya. Wanita, merujuk kepada pasangan, namun lebih pas lagi jika ditujukan kepada istri. Tapi Wanita tak sekadar istri bagi suami. Ia adalah perlambang kehidupan, kemakmuran, dan kesuburan, dan bisa pula menimbulkan rasa bangga di dada seorang lelaki. Seorang lelaki apalagi satria, sudah barang tentu akan terasa hambar jika hidup sendiri. Seorang istri bisa menjadi motivasi bagi lelaki, jika itu diperlakukan dengan baik. Kalau sekadar berkutat di dapur, sumur, dan kasur, bisakah menjadi pasangan yang melengkapi lelaki? Tapi zaman sekarang, salah-salah istri bisa berubah menjadi ikat pinggang yang mengekang lelaki.

Turangga, yaitu kuda, kendaraan. Secara harafiah jika di zaman dahulu satria memakai kuda sebagai kendaraan, maka zaman sekarang bisa diartikan literal sebagai sepeda motor atau mobil. Kini ada kuda bernama Supra, Vega, Ninja, dan lainnya yang berseliweran di jalanan. Dengan adanya kendaraan seorang lelaki bisa dengan mudahnya bepergian ke mana saja. Bahkan, bisa mengunjungi sang istri apabila jarak keduanya terpisah jauh, semisal dari Pantai Utara Jawa ke Pantai Selatan Jawa. Namun selain itu dalam arti tersirat pun, kuda yang merupakan alat untuk membawa lelaki ke berbagai tempat ini bisa berupa sesuatu yang tak terlihat oleh mata fisik. Kendaraan ini bisa berupa ilmu pengetahuan, kemampuan, kedigdayaan, keahlian. Karena dengan kesemua itu, langkah seorang lelaki akan bisa menjangkau banyak tempat, tidak terkukung dalam satu wadah yang terbatas saja.

Kukila, yaitu burung. Burung asli dalam sangkar, maksud harafiahnya. Jadi jangan berpikiran terlalu jauh dulu, toh para lelaki sudah sedari lahir memiliki yang lain itu, bukan? Burung ini lambang klangenan, yaitu kegemaran atau hiburan, juga keindahan. Tanpa itu rasanya hampa hidup seorang lelaki. Terus menjadi robot yang bergerak teratur setiap waktunya. Seorang lelaki harus mampu memaknai lalu mengolah keindahan, serta juga seni. Berkutat dengan barang antik bisa menjadi contoh yang sangat baik untuk hal ini.

Curiga, yaitu keris, atau senjata. Senjata ini bukan bertujuan untuk melukai atau menyerang. Pada dasarnya keris bukan alat tikam, namun piandel atau pembangkit rasa percaya diri. Dengan keris di pinggang, seorang lelaki akan meluap-luap rasa percaya dirinya. Zaman sekarang sudah barang tentu tak mungkin lelaki

membawa-bawa senjata. Senjata ini jika diartikan harafiah. Senjata bisa berupa kekayaan, bisa juga ilmu. Tergantung bagaimana memanfaatkannya untuk melindungi. Tapi sebenarnya bagian kelima ini adalah yang mempertahankan empat sebelumnya. Tanpa keris ini, kesemuanya bisa bubar tercerai berai tanpa perlindungan. Keris ini adalah lambang kedewasaan, kewaspadan, dan keperwiraan. Artinya seorang lelaki bisa melindungi, misalnya rumah dan istrinya. Dan lebih jauh lagi, harus tangguh dan mampu melindungi diri, keluarga, dan membela negara. Oh ya, jika mempunyai banyak keris tapi sebagai komoditi bisnis tribal bagaimana ya?

Nah, itulah sekelumit penuturan tentang lima syarat seorang lelaki Jawa yang bisa dikatakan sebagai satria, atau true Javanese gentleman. Memang cuma uraian yang sangat singkat dan terbatas.

Latest status

28-Dec-2010 at 15.15.15 hrs
melengkapi sequential java philosophy of the MOLIMO
fisrt Manten
second Manak
third Mantu
fourth Mutu

dan the last is will come later after finishing my duty in the world as kalifatullah

MATI